Sabtu, 15 Agustus 2015

Filosofi Gerak Jalan

Tim Sanggar Edi Peni Pacitan saat mengikuti Lomba Gerak Jalan

Nuansa Agustusan kian hari kian terasa. Di beberapa daerah sudah menunjukkan tanda-tanda menuju puncak perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-70. Bendera merah putih mulai berkibar di depan rumah-rumah warga, demikian juga dengan umbul-umbul warna-warni yang menggambarkan kejayaan bangsa. Tak hanya itu, jika kita menyempatkan diri keluar menikmati udara malam di area kecamatan Ngadirojo ini, maka mata kita akan dimanjakan dengan kerlap-kerlip lampu hias yang terpasang hampir di seluruh jalan protokol, bahkan hingga masuk ke jalan-jalan perkampungan penduduk. Puncak Agustusan makin lama memang makin terasa hangat.

Panitia Peringatan Hari Besar Nasional (PPBHN) Kecamatan Ngadirojo memang tiap tahun menyelenggarakan beragam acara untuk menyemarakkan HUT RI ini. Semaraknya HUT RI ini tidak kalah meriah dengan penyelanggaraan acara serupa di pusat kota, Kecamatan Pacitan. PPHBN Kecamatan Ngadirojo menggelar berbagai lomba dan acara bertajuk eksibisi. Lomba antar desa dan instansi secara umum dibagi menjadi dua kelompok, yaitu seni dan olahraga. Lomba-lomba ini seakan menjadi hiburan rakyat yang murah namun meriah.

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya,PPHBN Kecamatan Ngadirojo tahun ini juga akan menggelar lomba gerak jalan. Lomba ini adalah lomba yang menyajikan sekelompok orang yang berbaris dalam sebuah formasi memanjang dan dipimpin oleh seorang pemimppin. Setiap kelompok peserta akan mengambil nomor urut keberangkatan. Setelah berangkat dari garis start setiap kelompok akan berjalan dengan aturan umum baris-berbaris mengikuti rute yang telah ditentukan oleh panitia. Tahun 2015 ini, garis awal dan akhir perlombaan adalah Rumah Pintar Kecamatan Ngadirojo, selanjutnya berjalan ke arah selatan melewati jalan protokol Ngadirojo-Wiyoro-Tanjungpuro-Hadiluwih hingga pertigaan Pucung, Hadiwarno. Pada titik ini, rombongan akan berbalik arah dan kembali menuju Rumah Pintar sebagai titik finish.

Lomba gerak jalan merupakan lomba klasik dan khas yang umumnya hanya dijumpai pada perayaan tujuhbelasan. Gerak jalan sendiri menjadi hiburan rakyat karena terkadang peserta hadir dengan kostum yang nyeleneh sehingga menjadi daya tarik tersendiri. Gerak jalan sendiri menjadi meriah karena pelaksanaannya akan memperebutkan hadiah tertentu dan tentunya sebuah kebanggaan jika keluar sebagai pemenang. Panitia akan menetapkan kriteria tertentu untuk menentukan kelompok yang akan menjadi pemenang. Kriteria penilaian ini umumnya mencakup kekompakan, kepatuhan terhadap aturan baris-berbaris, ketepatan waktu, kepemimpinan, dan kostum. Masing-masing komponen penilaian memiliki persentase berbeda untuk menentukan total nilai.

Lomba gerak jalan yang rutin dilaksanakan bukan tanpa alasan, melainkan menyimpan banyak filosofi hidup yang dapat diambil dan diteladani. Jika kita perhatikan lebih jauh, gerak jalan yang merupakan lomba sederhana ini menyimpan banyak keteladanan.

Pertama, sebuah kelompok gerak jalan adalah kesatuan orang yang menjalankan tugas untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini, kelompok gerak jalan merupakan representasi dari sebuah organisasi. Masing-masing anggota kelompok mempunyai tugas dan kewajiban yang sama untuk saling menjaga ritme kerja dan berjalan beriringan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sangat sesuai dengan semangat gotong-royong yang senantiasa didengungkan oleh founding father Indonesia.

Kedua, gerak jalan dipimpin oleh seorang pemimpin yang telah ditetapkan. Orang yang telah ditetapkan menjadi pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan di bidangnya, misalnya mempunyai suara yang lantang dan tentunya jiwa kepemimpinan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan right man in the right place, yaitu menempatkan masing-masing individu sesuai dengan kapabilitas masing-masing.

Ketiga, patuh dalam satu set aturan yang sama. Setiap kelompok harus tampil dalam aturan dan variasi yang sama. Setiap kelompok tampil dengan kostum yang sama dan berjalan beriringan dengan kecepatan yang seragam. Setiap orang harus mengubur ego masing-masing untuk patuh dengan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya, karena jika ada salah satu yang melanggar aturan tersebut, maka seluruh anggota kelompok akan menanggungnya. Semangat kebersamaan inilah yang seharusnya juga menular ke hal-hal di luar kegiatan gerak jalan.


Jika kita mau sedikit bereksplorasi lagi, mungkin kita akan mendapatkan filosofi yang lebih mendalam dari kegiatan gerak jalan atau acara Agustusan yang lain. Semoga semangat yang tergelorakan dari kegiatan-kegiatan sederhana dapat mengilhami kita untuk terus berkarya dan bermanfaat bagi masyarakat. [PK]

1 komentar: