Senin, 15 Agustus 2016

Tarian dan Percintaan


Tarian merupakan wujud dari sebuah keindahan. Sebuah kesatuan utuh dari seni musik, seni gerak dan seni suara untuk menyampaikan sebuah pesan bagi khalayak ramai. Sebuah pesan yang diharapkan dapat berdampak luas kepada masyarakat. Oleh karenanya, tarian bukan sebuah karya asal, namun sebuah hasil dari perenungan panjang. Pesan yang mendalam merupakan cerminan dari proses kontemplasi yang juga mendalam.

Percintaan merupakan salah satu topik yang tak akan habis untuk dikupas, termasuk dalam dunia tarian. Percintaan pula menjadi inspirasi beberapa kisah legendaris, termasuk Romeo dan Juliet, hingga cerita Siti Nurbaya. Di panggung tari, banyak kisah percintaan diangkat sebagai tema, sebut saja Sendratari Roro Jonggrang, Kisah Cinta Nyai Dasima dan Kisah Raden Panji Asmorobangun.

Tema percintaan terkadang dihadirkan dalam hal yang tak biasa, sebut saja cinta terhadap alam semesta. Sebuah kampanye akan kelestarian alam agar terus dijaga. Tema tak biasa lain misalnya tentang cinta pada Sang Pencipta. Tarian-tarian sakral ini begitu magis dan mendalam. Umat Hindu yang menjadikan tarian sebagai salah satu ritual penyembahan, punya beragam tari yang bertujuan mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widi Wasa.

Sanggar Edi Peni bersama Tim KKN dari Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta menggandeng TK Nurul Yaqin untuk mengkreasikan tarian tentang percintaan yang tak biasa: Cinta Rasulullah. Tarian ini bertujuan menanamkan cinta kepada Muhammad SAW yang diyakini umat muslim sebagai nabi terakhir yang membawa ajaran tentang kedamaian, keindahan, dan tentunya kebenaran. Lewat tari ini diharapkan anak-anak (yang menjadi penonton) pada khususnya akan semakin cinta pada nabinya. Melalui rasa cinta yang ada, diharapkan ajaran-ajaran yang dibawanya juga terus dilaksanakan untuk kebaikan duniawi dan ukhrowi. [PK]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar